Jakarta to Seoul |
Hari Minggu 8 Maret 2015 pukul 21:00, rombongan kami berkumpul di Bandara Soekarno Hatta. Total berjumlah 50 orang, dan tepat pukul 23:45, kami bertolak ke Seoul menggunakan Asiana Airlines.
Incheon Airport
Setelah penerbangan selama kurang-lebih tujuh jam, kami mendarat di Incheon International Airport. Bandaranya besar, bagus dan bersih. Setelah selesai urusan Imigrasi, bagasi dan bea cukai, saya keluar dan disambut oleh spanduk selamat datang dari Korea Tourism Organization bagi rombongan kami dan ada juga yang sudah menunggu saya yaitu Herina, istri dari Mr. Son, salah satu Direktur di Lejel. Herina menunggu saya, karena saya membawa titipannya yang isinya antara lain sambal ABC, sambal Belibis dan emping belinjo.
Incheon Airport Arrival Terminal |
Segera saya habiskan rokok dan masuk kembali ke gedung terminal untuk bergabung dengan anggota rombongan yang sudah bersiap-siap untuk berjalan ke bis yang akan kami gunakan selama di Seoul. Kami akan langsung berangkat menuju Nami Island, karena saat itu masih pukul 10 pagi, sehingga kami belum bisa check in di hotel tempat kami akan menginap.
Nami Island
Nami Island |
Setelah menikmati makan siang di salah satu restaurant di dekat dermaga penyeberangan, kami berjalan kaki menuju dermaga dan kemudian menyeberangi sungai dengan menggunakan kapal ferry kecil selama kurang lebih 10 menit.
Hampir 3 jam kami menghabiskan waktu untuk menjelajahi Nami Island. Mungkin karena masih akhir musim dingin, pulaunya jadi terlihat gersang. Rumput-rumput masih berwarna coklat, sebagian besar pohon-pohonnya masih gundul dan di beberapa selokan dan kolam, airnya dilapisi es tipis. Dinginnya udara dan kencangnya angin yang menerbangkan debu juga menyebabkan kurang nyamannya acara menjelajahi Nami Island.
Dari Nami Island, kami menempuh perjalanan sekitar 2 jam menuju Seoul. Rombongan kami sempat mampir terlebih dahulu untuk makan malam dengan menu khas Korea - Samgyetang, yaitu ayam rebus dengan ginseng dan di dalam perut ayam diisi nasi ketan. Setiap orang mendapatkan satu ekor ayam utuh. Setelah selesai makan malam, kami melanjutkan perjalanan dan hanya sekitar 15 menit kemudian kami tiba di hotel tempat kami akan menginap, Skypark Dongdaemun Hotel.
Kimchi Making Class & Wearing Hanbok
Kimchi making class & wearing Hanbok |
Di hari ke dua di Seoul ini, kami berkesempatan untuk mengunjungi salah satu produsen Kimchi yang mengadakan kelas untuk belajar membuat Kimchi dan untuk lebih menarik minat peserta kelas membuat Kimchi, peserta diberikan kesempatan untuk berfoto dengan menggunakan busana tradisional Korea - Hanbok, setelah selesai belajar membuat Kimchi. Walaupun saya amat sangat mengerti bahwa saya tidak akan cocok mengenakan Hanbok, tetapi karena disediakan secara gratis, tidak saya sia-siakan kesempatan untuk mempermalukan diri sendiri ini. Lagipula, saya tidak sendirian, karena dari total 50 anggota rombongan, menurut saya tidak lebih dari 5 orang yang rada cocok mengenakan Hanbok.
Seoul Tower
N Seoul Tower |
Seoul Tower mulai dibangun pada tahun 1969 dan selesai pada tahun 1971 Seoul Tower, yang juga dikenal dengan nama Namsan Tower atau N Seoul Tower dengan tinggi 236,7 meter ini terletak di gunung Namsan dan baru dibuka untuk umum pada tahun 1980.
Turun dari bis, kami berjalan kaki atau tepatnya mendaki dengan tanjakan mencapai 45° untuk mencapai pelataran N Seoul Tower. Rasanya saya tidak mampu berkata-kata lagi pada saat akhirnya mencapai pelatarannya. Bukan karena kagum dengan pemandangannya yang memang indah dari sana, tetapi karena kehabisan nafas. Jangankan berbicara, bernafas secara teratur saja rasanya sulit sekali. Ikan bernafas dengan insang, Sapi bernafas dengan paru-paru dan saya bernafas dengan ngos-ngosan.
Love Padlock |
Korean Broadcasting System (KBS)
Korean Broadcasting System (KBS) |
Di Gedung KBS, terdapat KBS Exhibition Hall yang merupakan museum pertama di Korea yang didedikasikan untuk sejarah dan evolusi industri penyiaran Korea. Pengunjung bisa melakukan tour dan menyaksikan serta mencoba produksi radio dan siaran televisi secara langsung dengan menggunakan peralatan yang disediakan di sana.
Tour di KBS kami mulai dari ruang utama di lantai dua dan terus ke lantai keempat dan kelima. Selain museum kecil, Studio Drama Radio, Sound Effect Instrument, 9 o'clock news corner, Hologram Corner, 3D TV Experience Corner dan Chroma Key Corner, kami juga mendapat kesempatan untuk mengamati proses produksi acara TV dan proses siaran serta program radio di studio penyiaran melalui jendela.
K-Pop Performance
Show Champion |
Saat
kami tiba, gedungnya sudah dipenuhi oleh ABG-ABG Seoul. Bukan
cabe-cabean, tetapi kimchi-kimchian, menurut rekan-rekan peserta
rombongan. Karena mendapatkan Tiket VIP, kami tidak perlu
berdesak-desakan dengan para ABG, melainkan mendapat tempat duduk di
balkon lantai 2. Pertunjukannya menarik, tata panggung dan tata lampunya
sangat bagus. Performace Boyband dan Girlband nya juga bagus. Tidak
rugi juga saya ikut saran rekan-rekan peserta rombongan untuk menonton
pertunjukan ini, walaupun sebelum acara selesai, saya dan beberapa rekan
memutuskan untuk keluar dan duduk di cafe yang ada di gedung itu,
sambil merokok.
KCTA Exhibition
Exhibition @ Dongdaemun Design Plaza |
Pamerannya
sendiri tidak terlalu besar, sedang-sedang saja dan bahkan terlalu
kecil kalau dibandingkan dengan perjalanan kami ke Seoul untuk
meyaksikannya. Tetapi pameran ini dibuat sangat menarik dengan adanya
stand-stand dari operator televisi berbayar, programmer dan beberapa
penyedia peralatan broadcast. Masing-masing stand menggelar berbagai
games berhadiah yang mampu membuat pengunjung rela antre dengan tertib
untuk mendapat kesempatan mencoba games-games itu dan mendapatkan
hadiah. Ada juga stand yang mempromosikan program TV terbarunya dengan
menghadirkan aktris dan aktor pemeran untuk membagikan souvenir dan
memberikan tanda tangannya pada souvenir tersebut.
Hyundai HCN (HY Communications & Network) - MSO
Hyundai HCN |
Setelah mendengarkan sedikit presentasi dan penjelasan dari manager yang sedang bertugas, kami dipersilakan untuk melihat-lihat studio penayangan dan peralatan mereka. Peralatan yang digunakan mengundang decak kagum rekan-rekan anggota ICTA. Selain alat-alatnya yang tergolong canggih bila dibandingkan dengan peralatan milik sebagian besar operator tv kabel lokal di Indonesia, kerapian dan kebersihan studio penayangan dan peralatan penyiaran ini patut diacungi jempol.
Gyeongbok Palace & The National Folk Museum of Korea
Hari
terakhir di Seoul, sebelum besok sore kembali ke Jakarta, rombongan
kami menyempatkan untuk mengunjungi istana raja Korea - Gyeongbok
Palace dan National Folk Museum of Korea, yang berada di dalam satu area.
Perjalanan dari hotel tidak memakan waktu lama, hanya berkisar 30 menit,
dan kami juga melewati istana presiden Korea Selatan - The Blue House.
Gyeongbok Palace
Gyeongbokgung |
Istana ini hancur dilalap api saat terjadinya perang Imjin, dan dibiarkan selama dua abad sebelum akhirnya semua kamar sejumlah 7.700 dan sekitar 500 bangunan di lahan seluas lebih dari 40 hektar itu direstorasi oleh Pangeran Heungseon pada masa pemerintahan Raja Gojong.
Pada awal abad ke-20, sebagian besar istana secara sistematis dihancurkan oleh Kekaisaran Jepang. Setelah itu, secara bertahap, kompleks istana yang dikelilingi dinding tembok diperbaiki dan dikembalikan ke bentuk aslinya.
The National Folk Museum of Korea
The National Folk Museum of Korea |
Ruang
pameran yang pertama adalah "History of Korean People", yang
menggambarkan kehidupan sehari-hari di Korea mulai jaman prasejarah
hingga saat ini, lalu ruang
pameran berikutnya adalah "The Korean Way of Life", yang menggambarkan
kehidupan penduduk desa di Korea di jaman kuno dan berbagai aspek
kehidupan sehari-hari warga selama empat musim, yang dimulai dengan
musim semi dan ruang
pameran ke tiga adalah "Life Cycle of the Koreans", yang menggambarkan
dalamnya akar Confucianism dalam budaya Korea dan bagaimana ideologi ini
turut memunculkan sebagian besar adat dan budaya.
Korea Golf Show
Korea Golf Show 2015 |
Perjalanan dari Myeongdong ke lokasi pameran di COEX Convention and Exhibition Center ternyata cukup jauh dan ada kemacetan di beberapa ruas jalan. Hampir satu jam kami bertiga menghabiskan waktu di dalam taxi. Tetapi semuanya terbayar setelah kami melihat pameran tersebut, yang ternyata memang pameran besar dan banyak merek-merek terkenal seperti Honma, Bridgestone Golf, Nike< Callaway, Taylormade, dll yang membuka stand dimana kami bisa melihat dan mencoba produk-produk baru mereka di mini driving range yang masing-masing merek menyediakan 4-5 line. Untuk pertama kalinya setelah beberapa hari tidak berkeringat, saya bercucuran keringat setelah mencoba bermacam-macam stick golf keluaran baru.
Soccty Cameron Putter Cover |
Saya sempat ingin membeli satu set Iron yang kebetulan harganya cukup miring dibandingkan Jakarta, tetapi niat itu saya urungkan mengingat kami berencana untuk kembali ke hotel menggunakan subway, yang tentunya akan mereepotkan kalau sambil menggendong satu set stick golf.
Untuk pelipur lara, akhirnya saya membeli custom putter cover untuk Scotty Cameron Putter saya yang kebetulan sudah lama mencari di Jakarta tetapi belum menemukan yang harganya wajar, sementara kalau lewat eBay, harganya makin mahal terkena ongkos kirim dan pajaknya.
SMTOWN
SMTOWN @ Coex Atrium |
Di dalam The SMTOWN@coexatrium ini terdapat SMTOWN Studio. SMTOWN LIVErary CAFÉ, SMTOWN Theatre dan juga menjual merchandise artis-artis, boyband dan girlband. Bagi saya, tidak ada yang menarik untuk dibeli. Mungkin karena saya dan Mr. Lee sudah melewati batas umur sebagai fans boyband dan girlband Korea. Hanya Pak Rahman yang membeli paket DVD untuk putrinya yang fans K-Pop.
Dongdaemun, Myeongdong, Insadong dan Garosu Gil
Shopping |
Saya
sempatkan shopping dan membeli oleh-oleh di Dongdaemun, Myeongdong dan
Insadsong, tetapi tidak ada yang saya beli di Garosu Gil karena harganya
yang lumayan mahal dan karena merek-merek tersebut bisa dengan mudah
didapat di Jakarta atau Singapore dengan harga yang lebih murah.
Suhu Udara
Suhu udara selama 6 hari |
Kembali ke Jakarta
Seoul to Jakarta |
Start di garis yang sama dengan mereka, dengan modal yang jauh lebih banyak berupa kekayaan alam yang melimpah ruah, tetapi mengapa kita bisa tertinggal dari mereka? Samsung, LG, Hyundai, KIA hanyalah sebagian merek dari produk yang berasal dari Korea Selatan. Apakah kita sudah punya merek dan produk yang setidaknya hampir sekelas itu? Kita yang terlalu lambat atau mereka yang terlalu cepat? Ada perbedaan yang tipis antara realitas dan pesimistis pada diri saya, bahwa 20 tahun lagi, belum tentu kita dapat menyamai capaian mereka saat ini.