Seperti halnya Banjarmasin, kota Gorontalo juga jauh sekali jaraknya dengan bandara. Bedanya adalah bila di Banjarmasin perjalannya melalui deretan gedung-gedung, maka di Gorontalo perjalanannya benar-benar seperti tamasya ke luar kota. Sebagian besar yang kami lewati adalah daerah persawahan, sehingga perjalannya benar-benar berasa jauh.
Pada waktu saya ke Gorontalo untuk pertama kalinya, sekitar tahun 2011 hanya ada satu hotel berbintang dan dari petugas reception, saya baru tahu bahwa di kota ini tidak ada mall. Sedang dalam pembangunan.
Bandara Djalaluddin, Gorontalo |
Akhirnya saya memutuskan me-laundry beberapa pakaian, setidaknya untuk saya pakai sampai dengan saya kembali ke Makassar besok paginya, karena dengan ketidak-adaan mall, maka tempat membeli pakaian di dekat hotel yang direkomendasikan oleh petugas reception, adalah sebuah pasar malam kaki lima. Bukan masalah gengsi untuk beli pakaian dalam, jeans dan kemeja atau polo shirt serta kaos kaki di pasar malam, dan bukannya saya tidak coba untuk melihat pasar malamnya, tetapi memang model, bahan dan mereknya amat sangat tidak sesuai, dan.. ya.. memang ada gengsi, walaupun tidak 100%.. hanya sekitar 90%..
Kunjungan saya terakhir kalinya ke Gorontalo adalah bulan Desember tahun lalu, dan saya sudah menginap di hotel yang baru. Hotelnya bagus dan menjadi satu dengan mall yang cukup besar.
No comments:
Post a Comment