Penerbangan ke Ternate berasa lama karena berangkat dari Jakarta pada malam hari dan tiba di Ternate pada pagi hari. Tidak seperti pada waktu kunjungan saya ke Ternate untuk pertama kalinya, kali ini saya merasakan bandara baru di Ternate. Bagus dan cukup megah.
Bandara Sultan Babullah, Ternate |
Hanya ada satu hotel berbintang di Ternate, dan di sanalah saya menginap. Bangunan hotelnya megah, tetapi bagian dalam dan fasilitasnya tidak terawat. "Gangguan dari dunia lain", seperti hal-nya saat saya di Jambi, terjadi beberapa kali dalam semalam. Secara keseluruhan service-nya agak kurang.
Apabila biasanya saya ada masalah dengan pelajaran geografi, saat ini pelajaran ilmu pengetahuan saya juga terbukti masih kurang. Saya memperhatikan di lobby hotel yang menghadap ke laut dan terlihat ada dua pulau di seberang, diletakkan gambar uang kertas pecahan seribu rupiah dengan ukuran cukup besar. Demikian pula pada waktu saya makan malam dengan teman-teman media lokal, gambar itu ada lagi dan juga di beberapa tempat saya kunjungi, memasang gambar itu. Saya berpikir, kalaupun senang memasang gambar uang, kenapa uang seribu? Kenapa bukan uang seratus ribu?
Pulau Tidore, dilihat dari lobby hotel |
Keesokan harinya saat check-out, saya menanyakan kepada petugas reception soal hobby warga Ternate memasang gambar uang seribu. Dijawab oleh petugas reception, bahwa di uang seribu khan ada gambar pulaunya, dan pulau itu adalah pulau Tidore. Saya tanyakan lagi, lalu apa hubungannya dipasang di Ternate? Apakah pulaunya dekat sini? Dijawablah oleh petugas itu sambil menunjukkan bahwa pulau besar di seberang laut, di depan hotel, adalah pulau Tidore. Sambil memperhatikan lagi gambar uang itu, barulah saya tahu bahwa apabila memandang dari lobby hotel, pemandangannya persis seperti gambar di uang seribu itu.
No comments:
Post a Comment