Kota selanjutnya di Papua yang saya kunjungi setelah Jayapura adalah Timika. Ada dua jadual meeting dengan media lokal di Timika.
Mengingat kota ini adalah 'milik Amerika', tidak mengherankan apabila bandaranya, walaupun kecil, bentuk dan suasananya tidak seperti bandara-bandara lain di Indonesia yang sudah pernah saya kunjungi. Lebih 'berbau luar negeri' kalau menurut saya.
Banyak bus besar berwarna kuning di bandara, yang menurut pengemudi mobil yang membawa saya ke hotel, adalah milik Freeport. Jendela bus diberi semacam tirai dari besi pada bagian luarnya, yang lagi-lagi menurut pengemudi saya untuk melindungi dari tembakan apabila terjadi serangan saat mereka di perjalanan. Serem juga membayangkannya.. seperti di film.
Bandara Mozes Kilangin, Timika |
Pengemudi sempat menanyakan apakah setelah meeting, saya berminat untuk ke Tembagapura, melihat tambang. Pada mulanya saya tertarik, terlebih karena saya sering mendengar dan membaca soal eksplorasi berlebihan oleh Freeport dan merugikan bangsa Indonesia karena pembagiannya yang kecil.
Menurut pengemudi, tidak semua orang boleh memasuki areal itu, tetapi ia mempunyai koneksi aparat keamanan yang bisa membawa masuk dan mengawal kita. Tiba-tiba saya teringat bus kuning di bandara yang menggunakan tirai besi, sehingga saya menanyakan ke pengemudi, apakah aman untuk ke sana. Dia menjawab dengan tenang, mudah-mudahan tidak ada masalah dan sebaiknya kita tidak menempel ke jendela. Karena kejadian dua minggu sebelumnya ada yang tertembak hingga tewas karena duduk terlalu dekat ke jendela.
Menurut pengemudi, tidak semua orang boleh memasuki areal itu, tetapi ia mempunyai koneksi aparat keamanan yang bisa membawa masuk dan mengawal kita. Tiba-tiba saya teringat bus kuning di bandara yang menggunakan tirai besi, sehingga saya menanyakan ke pengemudi, apakah aman untuk ke sana. Dia menjawab dengan tenang, mudah-mudahan tidak ada masalah dan sebaiknya kita tidak menempel ke jendela. Karena kejadian dua minggu sebelumnya ada yang tertembak hingga tewas karena duduk terlalu dekat ke jendela.
Dengan resiko seperti itu hanya untuk melihat tambang, saya lebih memilih untuk mengucapkan terima kasih atas tawarannya dan sebaiknya kembali saja ke hotel. Setidaknya baring-baring di kamar hotel sambil menonton acara televisi masih lebih baik daripada menjadi sasaran tembak.
No comments:
Post a Comment